TEWENEWS, Surabaya – Assalamualaikum, Abangnda Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Respiratori Saddam Al Jihad, dipundakmu harapan setiap kader HMI se Nusantara dititipkan, dukungan demi dukunganpun diberikan. Bukan tanpa sebab dan tanpa alasan melihat background Abangnda yang berangkat dari kampus negeri ternama di bumi Pasundan memberikan warna baru bagi wajah perkaderan di tubuh Himpunan. Karena, lelah kami rasakan dengan hiruk pikuk politik yang seakan tak pernah ada ujungnya.
Abangnda Ketum PB HMI, kami mencoba menerawang kedepan akan ada ide, gagasan akademik dan fundamental yang akan PB HMI sumbangsihkan untuk pembangunan negeri ini. Tentu itu tidak berlebihan menurut kami, begitu mengetahui Abangnda yang masih sangat muda, energik dan sedang menempuh perkuliahan doktoral di kampus ternama pula.
Terobosan demi terobosan yang ditorehkan kian meyakinkan kami, bahwa kami tidak salah meletakkan amanah PB HMI. Meletakkan fondasi perkaderan pada peningkatan intelektualitas serta pengembangan potensi HMI Go International. Terbukti dengan pembentukan cabang-cabang istimewa di luar negeri sana.
Seiring berjalannya waktu kami mencoba mengamati dari kejauhan, kami merasa sangat terpukul atas ketidakhadiran PB HMI disaat banyak kader kader HMI di daerah melakukan aksi turun jalan mengoreksi dan mengkritisi kinerja pemerintah yang dianggap gagal, bahkan sampai tumpah darah kader HMI akibat tindak kekerasan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. Ambil contoh aksi di Bengkulu dan Medan dimana kader HMI sampai berdarah dipukuli oleh aparat. Dimana hadirnya PB HMI kala itu terjadi…. dimana Abangndaku. Abangnda tidak lupa kan, ketika Abangnda memberikan statement bahwa aksi HMI di daerah-daerah untuk menurunkan Jokowi dianggap bersifat POLITIS. Statement Abangnda begitu mencabik nurani kader-kader yang selalu menjaga komitmen HMI dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan semangat KeIslaman dan KeIndonesiaan. Dengan wujud dialektika pemikiran dan gagasan strategis, keputusan kader – kader HMI di banyak daerah untuk TURUN JALAN adalah bentuk kesadaran kader – kader HMI yang konsisten memperjuangkan kebenaran dan keadilan.
Kajian mendalam dan menyeluruh atas kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat kami lakukan sebagai manifestasi fungsi sosial kontrol terhadap pemerintah. Lantas dengan mudahnya Abangnda bilang aksi itu adalah aksi politis. Abangndaku, mungkin Abangnda bisa sesekali main ke cabang-cabang melihat apa saja yang kami lakukan dalam mengawal keberlangsungan tonggak perjuangan. Turun aksi itu bukan sekedar mencari sensasi, tetapi memperjuangkan apa yang kami anggap pantas untuk diperjuangkan. Disaat petani sedang panen, pemerintah melakukan impor. Ketika pengangguran banyak, negara kita dibanjiri oleh Tenaga Kerja Asing. Banyak kader yang terluka, PB HMI mendiamkan begitu saja. Bagi kami itu sama halnya mencederai marwah intelektual yang bersama kita junjung, Abangnda.
Belakangan ini kami mendengar riuh ramai dalam tubuh PB HMI Abangndaku, sejatinya apa yang sedang terjadi dan mengapa tidak ada klarifikasi sepatah katapun dari Abangnda. Kalau boleh meminjam istilah jawa “Sabdo Pandhito Ratu” atau titah dari seorang raja yang mucul untuk meredakan dan menyelesaikan ketegangan yang muncul akibat dinamika organisasi yang sebetulnya sedang ditunggu-tunggu oleh kader HMI Se Nusantara. Kami rindu dengan keberanian Abangnda yang tempo hari juga lantang menyuarakan sembilan tuntutan rakyat (Senturi) di Istana Negara.
Memang benar ada orang bijak yang mengatakan diam itu emas. Tetapi ada saatnya diam itu kita artikan dengan berbicara hal yang sepantasnya. Dalam situasi ini berbicara tentang kebenaran walau itu menyakitkan adalah hal yang pantas. Harapan kami “HMI Sustainable” terus konsisten untuk semangat perubahan dan keberlangsungan.
Abangndaku, terakhir kami mendengar bahwa rapat harian PB HMI memutuskan bahwa pelaksanaan kongres ke 31 dipercepat dari waktu yang seharusnya. Disaat banyak cabang-cabang yang menunggu rapat harian untuk membahas pengesahan berkas pelantikan. Lantas bagaimana nasib keberlangsungan perkaderan di cabang bila itu terus dibiarkan menggantung di Jalan Sultan Agung.
Amanat konstitusi periode kepengurusan PB HMI adalah dua tahun. Mengapa dipercepat Abangda, apa yang sebenarnya terjadi. Orang bijak juga pernah berkata ketergesa-gesaan adalah upaya untuk menutupi aroma bangkai kegagalan. Kalaupun tujuan kongres dipercepat untuk kondusifitas regenerasi dan jalannya organisasi, kami memandang kenapa tidak melalui mekanisme reshuffle yang memang konstitusional. Kerena dengan mempercepat jalannya kongres tanpa asbabunnuzul yang jelas, justru menjadi titik dimana PB semakin terperosok dalam bangkai kegagalan. Inkonstitusional, tidak menjalankan amanat konstitusi.
Abangnda kami hanya ingin abangnda meluruskan perihal diatas… jangan sampai situasi ini dibiarkan berlarut-larut tanpa entah dimana ujungnya.
Surat terbuka
Dari kader HMI Surabaya yang tercabik Nuraninya, Andik Setiawan, Ketua Umum HMI Cabang Surabaya. (Anang Fauzi)