Wahyudinnoor :Silahkan Pasar Mingguan Dikelola Dengan Baik, Bukan Mengubah Hari Pasarnya

oleh -436 views

TEWENEWS, Tamiang Layang – Menyikapi pro kontra peniadaan pasar Toemenggung Djaya Karti Tamiang Layang Kecamatan Dusun Timur dan perubahan Pasar Beringin Ampah Kecamatan Dusun Tengah, Anggota DPRD Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah, Wahyudinnoor SP, MP mendukung perbaikan pengelolaan namun bukan lantas mengubah hari pasar mingguan.

“Kita mendukung pemerintah daerah dalam hal ini dinas perdagangan, dalam rangka penataan pedagang pasar Ampah, itulah yang memang kita harapkan sehingga Pemda bisa menghasilkan penghasilan-penghasilan daerah melalui pengelolaan pedagang, baik pedagang yang ada di trotoar maupun yang pedagang mingguan ataupun pedagang yang tidak punya lapak resmi Pemda, itu esensi kita bahwa kita sangat mendukung dari Pemda dalam hal ini”, ujar Wahyidinnoor, Selasa 11 Januari 2022.

Dilanjutkan politisi dari PKB tersebut, yang menjadi persoalan adalah, terpisah antara hari pasar dengan penataan pasar, artinya kita berharap fokus memerintah adalah penataan pasar tanpa merubah hari pasar, jadi ibaratkan orang kalau sakit perut tapi yang disuntik kepala.

“Jadi kita fokus dulu bahwa hari pasarnya seperti yang diinginkan oleh masyarakat pada umumnya supaya tentram, tapi pemerintah yang mengelola pasar tersebut sehingga pegawai disiplin dengan pekerjaannya, tidak berkeliaran, lalu yang berkaitan dengan kemacetan, dengan hari jumat, itu yang dikelola dengan benar-benar”, jelas Wahyudinnoor.

Contoh begini, di Ampah itu kan kalau berkaitan dengan masalah kepadatan itu jelas tidak mungkin, itu hanya faktor penataan dan pengelolaan manajemen saja.

“Nah berkaitan dengan pasar mingguan ini, kita jangan terlalu apriori persoalannya, karena kota-kota besar sendiri pun ada yang mempunyai hari pasar mingguan seperti yang saya sebutkan kemarin itu”, tambahnya.

Hanya yang menjadi persoalan adalah, kita fokus kepada persoalan utama, agar hari pasar tetap seperti sebelumnya , senin untuk Tamiang Layang dan hari jumat untuk pasar Ampah biar tetap aman dan tentram, tapi penataannya yang diatur yang dikelola oleh pemerintah dengan benar, baik berkaitan dengan parkirnya, letak lapak pedangannya, maupun berkaitan dengan disiplin pegawai, artinya kita mendukung pemerintah dalam hal penataan.

“Tapi untuk merubah hari pasar mingguan, supaya ini tidak terganggu, karena banyak masyarakat kecil, misakan di Tamiang Layang ditiadakan, di situ kan banyak penghasilan-penghasilan masyarakat kecil, ada penarik gerobak, buruh pemikul barang, di situ juga ada becak, juru parkir nah ini yang di persoalan”, ungkapnya.

Dirinya berharap pemerintah dengan arif dan bijaksana dalam menyikapi hal ini, intinya semuanya bisa dibicarakan dengan baik sehingga Pendapatan Asli Daerah tidak berkurang.

Dengan menetapkan secara sepihak Itu otomatis orang lain untuk mengisi hari pasar tidak ada, pemerintah harus arif dan bijaksana dalam menyikapi hal ini, walaupun memang hak dan kewenangan Pemda yang mengatur dan mengelola pasar, tapi yang berperan dalam pasar itu adalah masyarakat dengan para pedagangnya, tolong ini dibicarakan dengan baik dan bijaksana,

Kesempatan pemerintah dalam hal ini mendukung usaha mikro, kecil dan menengah dan meningkatkan penghasilan masyarakat adalah salah satunya dengan mendukung program ini, jangan kita berpikir di sini ada terbesit arogansi, bahwa yang berhak mengatur itu adalah pemerintah, entah ada atau tidak ada pedagangnya itu adalah hak pemerintah, bukan begitu, yang kita harapkan adalah bijaksana, bagaimana masyarakat bisa berdagang dengan nyaman, pasar terkelola dengan bagus dan bagaimana penghasilan daerah benar-benar masuk ke dalam kas daerah.

“Kalau dalam hal ini kita tidak bicara kan dengan baik, pemerintah tetap mempertahankan dengan argumentasinya, pedagang juga mungkin dia tidak bisa berkeras dengan apa yang keputusan pemerintah”, ungkap Wahyudinnoor.

Tetapi yang menjadi persoalan, berpikirkah kita dampaknya terhadap penghasilan masyarakat, dalam hal ini para pedagang, penarik becak, penarik gerobak, pemikul barang, juru parkir dan lainnya.

Kalau dipaksakan kuatirnya pedagannya tidak akan banyak, otomatis damapak berpengaruh terhadap pendapatan daerah.

Jangan sampai Pemda juga nantinya dianggap mengabaikan kearifan lokal, seperti yang saya sampaikan kemarin, untuk merubah hari pasar itu ada hal-hal yang harus dibicarakan dengan tokoh-tokoh adat.

Dalam hal ini pemerintah memang harus membicarakannya secara arif dan bijaksana dengan pelaku utamanya adalah para pedagang lokal dan para pedagang mingguan, jangan terkesan adanya arogansi memaksakan keinginan, begitu juga pedagang seolah memaksakan keinginan, dua belah pihak harus bijaksana.

“Titik persoalannya apa sebenarnya kalau persoalannya kemacetan, yang saya sampaikan tadi jangan ibarat dokter itu kita menganalisa yang seperti yang saya sampaikan orang sakit perut yang disuntik kepala, jadi memang kita benar-benar mengobati yang memang sakit perut tersebut”, pungkasnya. (Ahmad Fahrizali).